Kamis, 22 Desember 2011

HAWA dan MARIA (Refleksi Hari Ibu dan Hari Natal 2011)

HAWA dan MARIA (Refleksi Hari Ibu dan Hari Natal)
­
Setiap tahun di bulan Desember kita mengingat dan merayakan dua hari yang istimewa bagi kehidupan manusia pada umumnya dan bagi kaum perempuan pada khususnya yaitu Hari Ibu pada tanggal 22 dan Hari Natal Yesus Kristus pada tanggal 25. Penentuan tanggal yang bersamaan di bulan Desember ini tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Saya yang coba menyandingkannya dan menghubungkannnya sebagai seorang perempuan yang berteologi dalam konteks. Dua nama yang menjadi judul refleksi ini sangat popular bagi umat Kristen, ya bagi hidup bergereja selama ini.
Ada pandangan dalam gereja-gereja tentang siapa dan bagaimana perempuan/ibu dan laki-laki/ayah yang dicipta oleh Tuhan Alllah ‘segambar dengan Dia’ (Latin : imago Dei). Ada pandangan yang memposisikan perempuan yang diperankan oleh Hawa sebagai penyebab kejatuhan manusia dalam dosa. Perempuan dipandang sebagai penggoda. Penampilan perempuan selalu dikaitkan dengan pandangan sebagai penggoda. Akibatnya ada banyak aturan etis yang dibangun untuk membatasi penampilan perempuan a.l. kita ingat lahirnya UU Anti Pornografi. Sampai sekarang UU ini menjadi kontroversi dalam pemberlakuannnya. Banyak pula orang Kristen/warga gereja menyetujuinya dengan alasan pandangan di atas. Di kalangan GMIM, kaum ibu gereja sering mengadakan lomba busana gereja. Di belakang ide itu tersirat upaya untuk mengatur penampilan perempuan. Untunglah hasil lomba-lomba itu hanya berhenti sampai di situ, tidak sampai menjadi peraturan pakaian beribadah. Artinya lomba itu mubazir, tidak berguna karena memang tidak harus diadakan, tidak ada dasar teologis apapun mengadakannya. Ada pula pandangan yang mengatakan bahwa perempuan adalah pembantu laki-laki sebagaimana layaknya hubungan atasan dan bawahan atau antara tuan dan hamba. Perempuan masih dilihat sebagai pelengkap penderita. Perempuan belum dilhat sebagai bagian integral dan utuh dalam kemanusiaan sebagai Imago Dei itu.
Pandangan-pandangan di atas antara lain yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak termasuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Seorang teman pendeta laki-laki dalam khotbahnya menghubungkan nama Hawa dengan ‘hawa nafsu’. Sayapun dalam kesempatan membawakan pesan mengatakan bahwa nama Hawa berarti ibu dari semua yang hidup, tidak ada kaitan dengan hawa nafsu. Ada banyak isteri yang mengalami kekerasan oleh suaminya. Ada banyak anak perempuan yang mengalami kekerasan yang dilakukan oleh orang yang kenal dekat dengannya. Kekerasan ini ada dalam berbagai bentuk seperti seksual, fisik (pemukulan/penganiayaan), psikis dan ekonomi serta pendidikan. Menurut data tahun 2010 dari Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan) mengungkap bahwa sepertiga (1/3) dari kekerasan ini adalah kekerasan seksual dalam bentuk perkosaan, perdagangan untuk tujuan seksual, pelecehan seksual, penyiksaan seksual, eksploitasi seksual, perbudakan seksual, intimidasi/serangan bernuansa seksual termasuk ancaman/percobaan perkosaan, kontrol seksual termasuk pemaksaan busana dan kriminalisasi perempuan lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama, pemaksaan aborsi, penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual, pemaksaan perkawinan termasuk kawin paksa dan cerai gantung.
Juga, kaum perempuan menjadi korban HIV/AIDS yang ditularkan oleh laki-laki/suami yang berakibat pada anak-anak. Perempuan diperjualbelikan (trafficking) menjadi pelacur. Pendek kata, perempuan yang kemudian menjadi ibu dari semua yang hidup tidak dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik dan benar menurut kehendak Penciptanya. Paham patriarkhat (bapa/laki-laki sebagai yang menentukan) dan adrosentrisme (laki-laki menjadi pusat) masih mempengaruhi cara pandang, cara pikir, cara berlaku/prilaku, cara bicara baik laki-laki maupun perempuan itu sendiri.
Pada kesempatan yang khusus ini yaitu merayakan Hari Ibu dan Hari Natal, saya ingin membagi beberapa pokok pikiran teologis yaitu :
1. Kaum perempuan dan kaum ibu sama berartinya dengan kaum laki-laki dan kaum bapak dalam melanjutkan kehidupan dari generasi ke generasi. Keduanya adalah penolong yang sepadan, setingkat dan semartabat. Keduanya mempunyai hak dan kewajiban yang setara, sederajat. Generasi baru yang berkualitas akan ditentukan oleh kesehatan dan pendidikan dari kaum perempuan/ibu. Sebab selama kurang lebih 9 bulan, kehidupan seseorang bermula dalam kandungan ibu.
2. Hari Ibu adalah hari khusus untuk mengingat hakikat dan peran para ibu agar para ibu terus ingat hakikatnya sebagai ibu dari semua yang hidup. Kandungan adalah tempat mengingat masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang dari semua yang merindukan kehidupan yang berkualitas atau bermutu baik. Kaum ibu harus terus berjuang untuk mengambil peran yang setara dengan kaum bapak dalam keluarga dan bangsa. Sekaligus mengingatkan anak-anak perempuan dan laki-laki (yang kemudian menjadi dewasa dan menjadi bapak/ayah) yang dilahirkannya bahwa ia ada/hidup karena ada ibu. Menghormati ibu berarti menolak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun terhadapnya dengan alasannya apapun. Kekerasan harus ditolak sebagai perbuatan dosa terhadap kemanusiaan perempuan (ibu dan anak perempuan). Hanya orang yang tidak menghargai kehidupan sebagai pemberian Allah Pencipta yang tega melakukan perbuatan dosa ini.
3. Hari Natal adalah hari bersejarah bagi semua orang dan hari khusus bagi kaum perempuan/ibu. Sebab kandungan yang dalam cerita kejatuhan manusia dalam dosa (Kejadian 3) mendapat hukuman, ternyata dalam cerita Natal Yesus, kandungan (melalui Maria) diberkati. Maria mengandung dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Yesus sebagai Juruselamat dunia yang kedatangan-Nya telah dinubuatkan oleh para nabi sebelumnya. Berbahagilah semua ibu yang mengandung dan melahirkan anak-anak. Bertanggungjawablah atas kehidupan anak-anak itu. Jangan sampai keguguran atau digugurkan atau jangan dibuang di tempat sampah. Cinta-kasih dari kaum laki-laki/suami/bapak terhadap ibu yang mengandung adalah tanda kesiapan turut bertanggungjawab memelihara dan memperkembangkan kehidupan pemberian-Nya.
4. Kaum ibu dalam keluarga biasanya menjadi pengelola keuangan keluarga. Mengelola keuangan keluarga adalah salah satu bentuk menghargai kehidupan. Kesehatan serta pendidikan anak-anak menjadi prioritas penggunaan keuangan keluarga. Hidup hemat sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan. Bagi yang berkelebihan, hal berbagi dengan sukacita menjadi salah satu tanda solidaritas dengan mereka yang berkekurangan. Kelahiran Yesus dari keluarga sederhana dan lahir di tempat yang sederhana, menjadi spirit hidup bersama dan berbagi.

Selamat merayakan Hari Ibu. Hawa : Ibu dari semua yang hidup. Maria : Ibu dari Juruselamat kita.

Selamat Hari Natal Yesus Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar