Senin, 28 Desember 2009

MAKNA RAHIM dan NATAL YESUS KRISTUS

MAKNA RAHIM DAN NATAL YESUS KRISTUS
(refleksi di Hari Ibu, 22 Desember 2009)*
Oleh : Pdt. Augustien Kapahang-Kaunang, M.Th

Natal adalah hari kelahiran Juruselamat dunia. Ia lahir dari rahim seorang perempuan. Ia lahir dan menjadikan seorang perempuan menjadi seorang ibu. Natal bermakna banyak. Salah satu makna penting bagi dunia ialah mengembalikan rahim pada fungsinya. Rahim ada, karena Tuhan Allah mencipta manusia dan terus mencipta manusia. Bahwa hidup manusia dan dunia ini harus terus berlanjut. Kata kerennya adalah reproduksi. Reproduksi dari Allah dipercayakan kepada perempuan karena rahimnya. Karena itu Alkitab dalam Kejadian 3 : 20 mencatat “Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup”. Pernyataan sekaligus pengakuan bahwa Hawa (perempuan, isteri) adalah ibu dari semua yang hidup sudah ada sejak dahulu kala. Ini terjadi karena memang perbedaan alamiah antara perempuan (ibu) dan laki-laki (ayah/bapak) terletak di sini. Fungsi reproduksi rahim perempuan yang diikuti dengan semua fungsi biologisnya inilah yang dikategorikan kodrat. Perbedaan perempuan dan laki-laki adalah perbedaan kodrati. Kodrat dari bahasa Arab “qudra” berarti yang terberi. Kodrat adalah pemberian Tuhan, bukan buatan atau hasil dari suatu pembiasaan atau pelatihan, bukan rekayasa prilaku, bukan konstruksi sosial atau citra baku buatan manusia, ya… bukan budaya manusia.

Cerita kejatuhan manusia dalam dosa seperti yang tercatat dalam Kejadian 3:16 mengindikasikan bahwa karena rahim itulah maka perempuan akan susah payah waktu mengandung dan dengan kesakitan akan melahirkan anak… Seolah-olah mengandung dan melahirkan adalah akibat dosa. Tidak sedikit perempuan yang ‘takut’ untuk mengandung dan melahirkan, karena membaca ayat ini. Padahal susah payah dan kesakitan adalah alamiah dalam proses mengandung dan melahirkan. Itulah ‘seninya’, itulah kodrat perempuan. Sebaliknya tidak sedikit kaum perempuan yang dengan sadar , entah karena ada masalah yang rumit, ia sengaja menyalah gunakan kandungan untuk maksud-maksud yang tidak baik, yang berlawanan dengan maksud Tuhan memberi rahim kepadanya. Belum lagi dengan adanya kenyataan ada perempuan yang terpaksa atau dipaksakan mengandung dan melahirkan. Sehingga mengandung dan melahirkan baginya menjadi beban, memalukan bahkan seolah-olah telah ‘menutup’ masa depannya.

Sekarang ini teknologi kedokteran sudah sangat maju bahkan terus berkembang pesat. Waktu melahirkan, jenis kelamin bayi dalam kandungan, cara melahirkan (biasa atau operasi) sudah dapat ditentukan, diketahui dan dipilih. Pasca melahirkanpun sudah banyak kemudahan dalam hal mengasuh si bayi mungil lengkap makanan minuman dengan segala perlengkapannya sampai usia kira-kira 2 tahun. Pendek kata mengandung dan melahirkan sudah dapat dipersiapkan dengan baik. Persiapan seperti ini akan mengalahkan segala ketakutan dan kekuatiran sebagian kaum perempuan. Demikianlah beberapa kenyataan yang sempat terekam sekitar rahim dan fungsinya serta kesiapan kaum perempuan bersama dengan kaum laki-laki/ suami bahkan keluarga besarnya.

Fungsi reproduksi ini menjadi sangat berarti kala kita membaca nubuatan tentang kelahiran Yesus (a.l. Yesaya 7: 14, 9: 5) dan cerita tentang kelahiran Yesus (Matius 1: 20-23; Lukas 1: 31-36). Dari nubuat dan cerita tersebut, menyatakan bahwa rahim atau kandungan terberkati. Melalui Maria, seorang Juruselamat lahir ke dunia. Bahkan Maria mengandung dari Roh Kudus. Dia yang dinanti-nantikan untuk membawa kelepasan bagi umat yang tertindas, yang berada berada dalam kekelaman dan kesuraman telah lahir dari rahim yang dalam cerita kejatuhan manusia dalam dosa (Kejadian 3) mendapat ‘hukuman’. Susah payah waktu mengandung dan kesakitan dalam melahirkan bukan lagi sebagai hukuman atau akibat dosa tetapi suatu berkat. Berkat bagi seluruh dunia, bagi semua orang, semua kaum, semua bangsa. Berkat rahim, kehidupan dunia terus berlanjut. Manusia yang lahir dan hidup, terus melahirkan kehidupan, bukan hanya bagi manusia tetapi bagi semua ciptaan. Dapat kita bandingkan dengan ungkapan khas Minahasa “Si Tou Timou Tumou Tou” (Manusia Hidup Menghidupkan Orang). Sebab manusia adalah mandataris Allah dalam mengelola bumi (Mazmur 8:2-9). Bahkan Dia yang lahir ini dinamai Imanuel yang berarti Allah menyertai kita (Matius 1 : 23). Dia menyertai berarti Dia tidak pernah membiarkan umat-Nya. Dalam dunia yang banyak tantangan, pergumulan dan cobaan, di sanalah penyertaan-Nya terasa sekali. Dalam dunia yang makin canggih di era globalisasi, era kompetitif yang berwajah ganda : positif atau negatif, menguntungkan atau merugikan, membawa berkat atau kutukan, Imanuel sangat relevan kontekstual. Siapapun kita pasti punya masalah. Dia Imanuel. Terpulang kepada masing-masing orang apakah dia merasakan Imanuel itu.

Setiap tanggal 22 Desember dirayakan Hari Ibu. Antara hari Ibu dan Hari Natal hanya beda 3 hari. Bagi saya merayakan hari ibu berarti merayakan ibu dari semua yang hidup. Bukan hanya manusia tetapi segenap ciptaan. Perjuangan kaum perempuan/kaum ibu bukan sekedar merayakan statusnya tetapi lebih dari itu yaitu peran dan fungsinya harus dirayakan dalam karya sehari-hari, menjadi prilaku hidupnya. Juga hidup dan prilaku kaum laki-laki dalam memperlakukan kaum perempuan. Perayaan hari ibu bukan sekedar seremoni dengan pakai pakaian kebaya lengkap dengan ‘konde’ atau sanggul atau dengan lomba-lomba yang sering hanya untuk pamer saja yang tidak ditindaklanjutkan sehari-hari. Terlalu sering perayaan hari ibu hanya untuk kesenangan sendiri bahkan sering terkesan pamer diri dengan pakaian serta asesorisnya orang-orang berjabatan dan berduit. Merayakan hari ibu berarti ambil bagian memikirkan dan memberdayakan para ibu yang terpaksa atau dipaksa untuk ‘memutus mata rantai kehidupannya’ sendiri. Merayakan hari ibu berarti berjuang bersama dengan mereka yang susah, payah dan papa. Lembaga-lembaga perempuan/kaum ibu atau pemerhati perempuan hendaknya berjejaring membangun bersama program ‘menghidupkan orang lain’.

Bagi saya salah satu keistimewaan merayakan hari Natal sebagai hari kelahiran Yesus berarti merayakan keselamatan dunia ini yang berita-Nya dinyatakan pertama-tama melalui perempuan (Lukas 1:28 dan Nyanyian Pujian Maria : Lukas 1:46-55). Natal berarti mengangkat dan menempatkan kembali perempuan pada posisinya yaitu menjadi ibu dari semua yang hidup. Hendaknya natal dirayakan dengan menghargai kaum perempuan yang dengan ‘susah payah mengandung dan dengan kesakitan melahirkan anak-anak’ yang menjadi masa kini dan masa depan umat manusia dan dunia ini. Hendaknya kaum perempuan sendiri menghargai dirinya dengan segala hal yang terberi baginya untuk menjadi ‘saluran keselamatan’ Tuhan Allah bagi dunia di mana ia berada.

Tomohon, 20 Desember 2009

* Dipublikasikan melalui Harian Tribun Manado,
pada tepat pada tanggal 22 Desember 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar